Monday, August 4, 2014

Kaisar Octavianus Augustus - Sang Pendiri Kekaisaran Romawi

Kaisar Octavianus Augustus
Saya rasa hampir semua orang sudah tahu bahwa nama bulan Agustus diambil dari salah satu nama kaisar Romawi. Ya, ia adalah Gaius Octavius Julius Caesar Augustus, yang lahir pada tanggal 23 September 63 SM dan wafat pada tanggal 19 Agustus 14 M. Gelarnya adalah "Kaisar Octavianus Augustus" atau "Kaisar Augustus" saja (bahasa Latin: Imperator Caesar Divi Filivs Avgvstvs).

Tidak bisa dipungkiri lagi, Augustus adalah Kaisar Pertama dan Pendiri Kekaisaran Romawi yang juga menjadi salah satu kaisar paling berpengaruh dalam sejarah imperium tersebut. Augustus dapat pula disebut sebagai salah satu poros penting yang turut serta dalam perputaran jalannya sejarah dunia. Prestasi luar biasa yang telah diukir oleh Kaisar Augustus dalam sejarah adalah keberhasilannya mengakhiri perang saudara berkepanjangan serta menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan kemegahan di seantero Kekaisaran Romawi, yang dikenal dengan sebutan "Pax Romana" ("Kedamaian Romawi"). Kaisar Augustus menjalani periode kekuasaannya sebagai Penguasa Tunggal Imperium Romawi sejak tahun 27 SM hingga ia wafat di tahun 14 M.

Livia Drussila - Istri Augustus
Sejarah mencatat bahwa Kaisar Augustus menikah dengan Livia Drussila dan langgeng hingga lebih dari 51 tahun. Setelah Augustus wafat di tahun 14 M, anak tirinya yang bernama Tiberius menggantikannya sebagai Kaisar Romawi. Tiberius sebenarnya adalah anak kandung dari Tiberius Claudius Nero (Dinasti Claudian) dan Livia Drussila. Setelah Drussila menceraikan Nero dan menikah dengan Kaisar Augustus di tahun 39 M, maka jadilah Tiberius anak tiri Kaisar Augustus.

Pada masa kecil dan mudanya dulu, Gaius Octavius Augustus lebih dikenal orang dengan sebutan atau julukan "Octavian". Octavian konon tidak bersedia menerima gelar "Augustus" hingga usianya menginjak tigapuluh lima tahun. Octavian sendiri adalah cucu dari kemenakan Julius Caesar, salah satu kaisar dan tokoh politik Romawi yang paling agung dan paling masyhur. Karena tidak memiliki anak, Julius Caesar sangat menyayangi Octavian, menganggapnya seperti anak sendiri, hingga mendidiknya sebagai seorang politikus ulung. Pada tahun 44 SM, Caesar wafat terbunuh, sedangkan saat itu Octavianus hanyalah seorang laki-laki muda berusia 18 tahun dengan status sebagai pelajar.

Kematian Caesar kemudian menimbulkan pergulatan sengit dan lama di antara para politikus dan petinggi militer untuk menduduki kursi kekuasaan, dimana Octavian juga terlibat dalam pergulatan ini. Awalnya, lawan-lawannya yang lebih tua dan lebih berpengalaman menganggap enteng Octavian. Mereka melihat Octavian hanya seorang pemuda 'kemarin sore' yang tidak perlu diperhitungkan dalam persaingan. Octavian sendiri karena merasa sebagai anak Caesar, tentu saja ingin memanfaatkan situasi ini. Dengan kecerdikannya yang tinggi, ia berusaha merebut kemenangan politik melalui dukungan pasukan-pasukan Caesar. Octavian pun menunjuk Mark Anthony sebagai pendukung utamanya, karena Anthony merupakan sahabat terdekat Caesar.

Serangkaian pertempuran pada tahun-tahun berikutnya kelak mampu menyingkirkan lawan-lawan politik Octavianus dalam rangka merebut kursi kekuasaan. Pada tahun 36 SM, Roma beserta berbagai daerah lain sudah ditaklukkan oleh Octavian dan Mark Anthony. Daerah-daerah taklukkan itu kemudian dibagi dua antara Octavian dan Anthony. Octavian menguasai wilayah negeri bagian barat dan Anthony diberikan kekuasaan wilayah negeri bagian timur.

Mark Anthony dan Ratu Mesir Cleopatra
Beberapa tahun kemudian, hubungan antara Octavian dan Mark Anthony menjadi kurang akrab karena masalah perempuan. Mark Anthony mulai malas-malasan bekerja karena dia mabuk kepayang dengan Ratu Mesir, Cleopatra. Sebaliknya, Octavian dengan tekun mengurus pemerintahan dan memperkuat kedudukannya. Dibandingkan dengan orang yang sedang tergila-gila cinta, tentu saja Octavian mampu menorehkan berbagai prestasi, karena pikirannya lebih terpusat dan tidak semrawut seperti benang kusut. Perbedaan kondisi antara Octavian dan Anthony pun semakin berkepanjangan dan akhirnya senjata terpaksa ikut 'berbicara'. Pada tahun 32 SM, meletuslah perang besar antara Octavian dan Anthony. Melalui perang laut yang sangat menentukan di Actium tahun 31 SM, kemelut akhirnya selesai dengan kemenangan mutlak diraih oleh Octavian. Akibat perasaan risau, kecewa, putus asa, hilang akal, dan cinta buta yang kelewatan, Mark Anthony dan Cleopatra akhirnya memutuskan bunuh diri bersama-sama hingga sepasang merpati yang sedang senewen itu seperti menjadi 'cacing tanah'.

Octavian pun akhirnya sukses menggenggam kekuasaan yang setara dengan apa yang pernah diraih oleh Julius Caesar lima belas tahun sebelumnya. Caesar dibunuh karena ketahuan hendak menghapus pemerintahan Republik Romawi dan menggantinya dengan sistem kerajaan. Akan tetapi, di tahun 30 SM sesudah meletusnya perang saudara selama bertahun-tahun dan pemerintahan sistem republik ternyata tidak membawa manfaat apapun, orang Romawi akhirnya tidak keberatan menerima sistem pemerintahan despot (monarki absolut) asalkan bijak, tidak melampaui batas, dan secara formal sistem republik tetap berjalan.

Wilayah Kekuasaan Kekaisaran Romawi di Masa Kaisar Octavianus Augustus

Octavian yang sebelumnya bersikap ganas dan beringas dalam tahap pergulatan mencapai puncak kekuasaan, tiba-tiba berubah menjadi lembut dan bergaya keayahan setelah dirinya sukses menduduki kursi tahta kekuasaan. Pada tahun 27 SM, untuk memikat perhatian Senat, Octavian mengumumkan bahwa ia ingin kembali membangun sistem republik dan menyatakan bersedia mundur dari semua jabatan yang dipegangnya, walaupun nyatanya ia tetap bertahan pada posisinya sebagai penguasa Provinsi Spanyol, Galia (Italia utara, Prancis, Belgia, Swiss barat, serta sebagian wilayah Belanda dan Jerman di barat Sungai Rhein), dan Suriah. Berhubung mayoritas kekuatan angkatan bersenjata berada di ketiga provinsi tersebut, tentu saja kekuatan dan kekuasaan yang sesungguhnya masih tetap berada di kendali Octavian.

Dalam pemungutan suara (voting), Senat Romawi menetapkan Octavian bergelar "Augustus". Akan tetapi, Octavian sendiri tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang raja atau kaisar. Secara teoritis, Romawi tetap berbentuk republik dan Augustus tidak lebih dari seorang princeps (warga utama). Walaupun demikian, kenyataan yang sesungguhnya menunjukkan bahwa Senat yang begitu 'jinak' dan 'murah hati' selalu siap sedia mempersembahkan jabatan apa saja yang dipilih Augustus, sehingga dalam sisa hidupnya ia merupakan seorang diktator absolut dalam arti yang sesungguhnya. Tatkala Augustus wafat di tahun 14 SM, Romawi sudah sepenuhnya melampaui masa transisi dari bentuk republik ke bentuk kerajaan dan anak pungutnya yang bernama Tiberius sukses menggantikannya sebagai kaisar tanpa mengalami kesulitan sedikit pun.

Augustus dapat dikatakan sebagai salah satu contoh seorang raja-diktator yang sangat kompeten dan murah hati dalam sejarah. Augustus adalah seorang negarawan tulen yang dibuktikan dalam keberhasilannya menutup celah-celah perpecahan yang ditimbulkan oleh perang saudara melalui pendekatan bijaknya.

Kaisar Augustus memerintah Kekaisaran Romawi selama 40 tahun dan tindak-tanduk serta garis politiknya menjadi haluan kekaisaran pada masa-masa setelah ia tiada. Di bawah komando Augustus, angkatan bersenjata Kekaisaran Romawi sukses menaklukkan Spanyol, Swiss, Galatia di Asia Kecil, hingga sebagian besar daerah Balkan. Pada akhir masa kekuasaannya, perbatasan sebelah utara Romawi tidak banyak berbeda dengan garis Sungai Rhine Danube yang menjadi batas belahan utara di abad-abad sesudahnya.

Kaisar Augustus benar-benar seorang administrator yang luar biasa dan bertalenta tiada banding dalam hal mengatur urusan pemerintahan sipil dan pelayanan masyarakat. Augustus merombak total sistem perpajakan dan sistem finansial Kekaisaran Romawi, serta menata kembali angkatan bersenjata dan membangun angkatan laut permanen. Selain itu, Augustus juga membentuk pasukan pengawal pribadi dan meletakkan dasar-dasar komandan pengawal kaisar yang di abad-abad setelahnya memegang peranan penting dalam hal memilih dan memberhentikan para kaisar. Pemerintahan Kaisar Augustus pun membangun jaringan jalan raya yang luas di segenap wilayah Kekaisaran Romawi, perumahan-perumahan rakyat yang indah, dan kota-kota baru yang megah. Kuil-kuil pun didirikan, karena Kaisar Augustus mendorong ketaatan rakyatnya kepada agama Romawi. Peraturan-peraturan tentang pernikahan, tata-cara asuh anak-anak, dan kurikulum pendidikan juga turut ditetapkan di bawah komando Sang Kaisar.

Sejak tahun 30 SM, keadaan dalam negeri Kekaisaran Romawi aman, tenteram, dan damai di bawah Kaisar Augustus. Sumber-sumber daya alam memberikan kemakmuran yang besar untuk segenap rakyat Romawi. Seni budaya berkembang dengan sangat pesat, sehingga era kekuasaan Kaisar Augustus merupakan zaman keemasan bagi kesusastraan Romawi. Penyair terbesar Romawi, Virgil, hidup di masa ini, termasuk pengarang-pengarang termasyhur seperti Horacc dan Livy. Namun, budayawan Ovid yang menimbulkan rasa tidak senang Augustus, diusir dari Romawi.

Kaisar Tiberius
Kaisar Augustus tidak memiliki anak laki-laki, sedangkan kemenakan dan dua cucunya meninggal dunia sebelum dirinya sendiri menutup mata. Itulah sebabnya Augustus memungut anak tirinya, Tiberius, dan menetapkannya sebagai suksesornya. Akan tetapi, dinastinya - yang kemudian termasuk para penguasa yang tidak populer seperti Caligula dan Nero - lambat laun merosot dan layu, walaupun perdamaian dan keamanan dalam negeri yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh Augustus melalui Pax Romana masih bisa bertahan selama sekitar 200 tahun. Pada masa-masa yang aman dan makmur tersebut, kebudayaan Romawi tumbuh subur dan meresap dengan dalam di berbagai wilayah taklukkan yang telah dibina oleh Augustus beserta para pemimpin Romawi yang lain.

Sesuai dengan kenyataan, Kekaisaran Romawi lantas terkenal dengan keantikannya. Romawi bukan saja menjadi titik kulminasi kebudayaan kuno, tetapi juga menjadi penyalur utama gagasan dan karya agung kultural bangsa-bangsa madani seperti Mesir, Babilonia, Yunani, Yahudi, dan lain-lain ke Eropa Barat. Tidaklah berlebihan kiranya jika kita membandingkan antara Augustus dengan pamannya, Julius Caesar. Terlepas dari ketampanan, kecerdasan, kekuatan watak, hingga kesuksesan militer Kaisar Augustus, ia masih kurang mampu menandingi kharisma yang telah melekat pada diri pendahulunya. Julius Caesar tetap lebih memukau bagi orang-orang pada masanya daripada apa yang dimiliki oleh Augustus, termasuk hingga saat ini. Akan tetapi, dalam hal pengaruh terhadap jalannya sejarah, Augustus masih memiliki kelebihan dibandingkan dengan Julius Caesar.

Julius Caesar
Menarik pula jika kita membandingkan antara Kaisar Augustus dengan Alexander Yang Agung. Keduanya meniti karirnya sejak usia belia, walaupun Augustus harus mengatasi berbagai hambatan dengan lebih keras dan gentir dalam perjalanan mencapai puncak. Kemampuan militernya memang tidak terlalu 'luar biasa' ketimbang Alexander Yang Agung, tetapi berbagai kesan dan penaklukannya terbukti lebih menggemparkan. Fakta ini merupakan faktor utama yang membedakan antara Augustus dengan Alexander Yang Agung. Augustus penuh perhitungan yang cermat dalam membina masa depan, sehingga sebagian pengaruhnya bagi sejarah umat manusia lebih lama dan lebih luas.

Augustus bisa juga dibandingkan dengan Mao Tse Tung (Mao Zedong) atau George Washington. Ketiga-tiganya memainkan peranan besar dan hampir mirip dalam sejarah. Namun, jika diukur dari lamanya masa kekuasaan Augustus, berbagai kisah sukses politiknya, dan arti penting kekuasaan Romawi dalam sejarah, maka Kaisar Augustus diyakini layak ditempatkan dalam daftar peringkat yang lebih tinggi di atas Mao Tse Tung maupun George Washington.


Sumber Referensi:
  1. Kaisar Octavianus Augustus di Wikipedia Bahasa Indonesia
  2. Kaisar Tiberius - Putra Tiberius Claudius Nero di Wikipedia Bahasa Indonesia
  3. Kaisar Augustus by Media Isnet
  4. Hart, Michael H. 1978. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
~Putra Raja Halilintar~
Indra Setyo Rahadhi, S.S..

5 comments:

  1. I like your style and greatness, Caesar Octavianus Augustus ... ^_^

    ReplyDelete
  2. Kaisar yang bisa dijadikan teladan.

    ReplyDelete
  3. BOLAVITA adalah Salah Satu Agen Judi Online Teraman Dan Terpercaya.
    BOLAVITA Menyedikan Berbagai Produk Game Untuk Para Bettor Di Indonesia, Diantaranya;

    -SBOBET
    -MAXBET
    -368BET
    -WM555 CASINO
    -SABUNG AYAM
    -BOLA TANGKAS
    -PLAY126
    -Joker123 ( Fish Hunter )

    BOLAVITA Juga Sedang Mengadakan Event Promo Bonus Spesial Natal & Tahun Baru 2019 Freebet 1 Juta untuk para Bettor.
    Dan Tidak Lupa, BOLAVITA Juga Sedang Banyak Promo Menarik loh Untuk Para Bettor, Diantaranya ;

    HOT PROMO BOLAVITA !!!

    -Bonus New Member up To 10%
    -Bonus Setiap Deposit 5%
    -Cashback Lose 10%
    -Rollingan Casino 1% Full
    - DLL

    Nahh Untuk Info Yang Lebih Detail Bisa Langsung Hubungi CS Yang Sedang Bekerja ya

    Contact Person ;
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita
    BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete