Thursday, May 17, 2018

Urgensi Memiliki dan Tips Memilih Rumah Pribadi Tenang dan Nyaman

Perumahan Puri IndraKila, Tajur Halang, Bogor
Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia yang sangat penting selain sandang dan pangan. Fungsi sebuah rumah bukan hanya menjadi tempat berlindung manusia dari hujan dan panas sinar matahari, melainkan juga menjadi tempat yang terbaik bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya untuk terus berkembang dan maju. Semua manusia membutuhkan tempat tinggal yang tenang, nyaman, aman, asri, dan damai, sehingga kualitas kehidupannya semakin maju dan sejahtera. Tidak dapat dipungkiri bahwa secara psikologis, setiap orang selalu mendambakan rumah pribadi yang dibangun khusus untuk dirinya sendiri atau paling tidak bagi keluarga intinya sendiri (bukan keluarga besar). Perlu dicatat bahwa tulisan ini saya buat berdasarkan atas pengalaman pribadi. Saya pernah tinggal di sebuah rumah keluarga di Kota Bogor dengan beraneka ragam dinamika kehidupannya, mulai dari yang bersifat positif hingga yang bersifat negatif. Saat ini alhamdulillah, saya telah menempati sebuah rumah pribadi yang tenang dan nyaman di salah satu perumahan yang terletak di lokasi yang asri di area Sasak Panjang, daerah Tajur Halang, kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Tulisan ini saya buat dengan tujuan berbagi pengalaman dalam membeli dan memilih rumah pribadi yang tenang dan nyaman serta menyadarkan banyak orang akan pentingnya memiliki tempat tinggal sendiri.

Bagi sebagian orang, tinggal dalam satu rumah bersama keluarga besar mungkin menyenangkan. Apalagi, jika keluarga besar yang tinggal dalam satu rumah tersebut guyub, tidak egois, dan saling membantu satu sama lain. Akan tetapi bagi sebagian orang yang lain, tinggal dalam satu rumah bersama keluarga besar dapat mendatangkan malapetaka dengan beraneka ragam problematika kehidupan yang sangat berpotensi menyebabkan berbagai penyakit seperti stres dan tekanan darah tinggi akibat emosi yang terus-menerus timbul tanpa pengendalian yang tepat.

Beberapa kasus membuktikan bahwa tinggal dalam satu rumah bersama keluarga besar sangat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan pribadi antar-anggota inti (terutama jika rumah tersebut berstatus sebagai warisan orangtua dan aset bersama), kemungkinan terjadinya perselingkuhan antara kakak ipar dengan adik ipar, kecemburuan sosial terkait kesenjangan pendapatan antar-anggota inti, saling lempar tanggung jawab dalam hal perawatan dan perbaikan rumah (seperti kewajiban pembayaran tagihan listrik, air, dan gas, pembayaran pajak bumi dan bangunan atau PBB, serta penyediaan anggaran tak terduga untuk keperluan renovasi rumah), hingga konflik-konflik lain yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila masing-masing anggota inti keluarga telah memiliki rumah pribadi sendiri.

Tidak hanya itu, tinggal di sebuah rumah keluarga yang tidak rukun dengan lokasi yang tidak kondusif juga akan sangat mempengaruhi perkembangan mental dan psikologi seseorang. Sebagai contoh, orang-orang yang tinggal di rumah - apalagi rumah keluarga yang tidak akur - yang berlokasi persis di pinggir jalan raya yang ramai di tengah kota cenderung lebih mudah terkena berbagai macam penyakit dan tekanan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Ketidakharmonisan di internal keluarga berpadu dengan kebisingan jalan raya yang ramai oleh lalu-lalang berbagai jenis kendaraan bermotor, terutama suara knalpot sepeda motor yang tidak sesuai dengan standar, akan menyebabkan hidup seseorang menjadi tidak tenang, gelisah, mudah emosi, dan pada akhirnya potensial terkena penyakit stres dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Suasana Salah Satu Area Depan Sebuah Rumah Besar di Jalan Raya Pahlawan Bogor
Memang mesti diakui bahwa banyak juga contoh keluarga besar yang dapat tinggal dalam satu rumah dengan akur, guyub, dan saling tolong-menolong. Akan tetapi secara fisik, setiap manusia adalah makhluk individu yang tetap membutuhkan ruang dan tempat pribadi yang nyaman agar dapat mengeksplorasi bakat dan kemampuannya secara maksimal serta mengekspresikan perasaannya secara leluasa tanpa terganggu oleh individu-individu lain. Manusia tidak mungkin mendapatkan ruang dan tempat yang lebih baik bagi dirinya sendiri untuk bereksplorasi atau berekspresi secara maksimal selain di rumah pribadi.

Suasana Tenang dan Nyaman di Perumahan Puri IndraKila, Tajur Halang, Bogor, Maret 2018
Bagi para pemuda yang telah memiliki pendapatan melalui niaga atau pekerjaan kantoran, terutama generasi milenial yang lahir di atas tahun 1980 atau tahun 1990, sangat dianjurkan segera membeli rumah pribadi, baik dengan cara langsung membayar lunas maupun dengan cara membayar cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) melalui bank yang menjalin kemitraan dengan pengembang (developer) perumahan. Sudah memiliki rumah pribadi di usia muda tidak hanya menyenangkan, akan tetapi juga dapat melatih para pemuda untuk belajar hidup mandiri tanpa harus bergantung penuh kepada orangtua, terutama bagi pasangan muda yang baru menikah dan mulai merintis bahtera rumah tangga. Adapun bagi para pemuda perjaka atau pemudi perawan, memiliki rumah di usia muda dapat menjadi sarana untuk berbakti kepada orangtua. Rumah pribadi yang nyaman dapat menjadi tempat yang tenang bagi anak-anak muda untuk menjaga dan merawat orangtuanya dengan baik.

Tips Memilih Rumah Pribadi yang Tenang dan Nyaman

1. Menabung
Lalu, bagaimana caranya agar generasi muda dapat memiliki rumah yang tenang dan nyaman? Langkah pertama tentu saja menabung, menabung, dan menabung. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak muda adalah anak-anak zaman yang pola pikir dan gaya hidupnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan mode, teknologi, dan lingkungan sekitarnya sebagai bagian dari era globalisasi yang kemajuannya sangat pesat. Keinginan untuk bermain bersama teman-teman ke taman hiburan, menonton film di bioskop, bercengkerama di kedai kopi, hingga berbelanja barang-barang yang diinginkan adalah hal yang lumrah bagi anak-anak muda. Sesekali melakukan hal-hal tersebut jelas tidak salah dan juga tidak berdosa. Akan tetapi, anak-anak muda juga wajib memikirkan masa depannya.

Pola pikir sebagian anak muda yang lebih menitikberatkan pada gaya hidup konsumtif harus diubah menjadi mindset yang lebih memprioritaskan kehidupan produktif yang dapat menjamin kehidupan mereka pada masa yang akan datang. Selagi usia masih muda dan memiliki aktivitas yang mendatangkan pendapatan, generasi milenial harus membiasakan diri untuk menabung, entah di rumah atau di bank (I prefer to save my cashes on both of them). Uang hasil tabungan tersebut pada waktu yang tepat akan sangat berguna untuk membeli rumah pribadi yang diidam-idamkan, baik secara langsung tunai maupun secara kredit. Apabila membeli rumah secara kredit, maka sebagian uang tabungan dapat digunakan untuk membayar booking fee, down payment (DP) atau uang muka, biaya KPR, hingga biaya lain-lain yang ditetapkan.

2. Introspeksi Diri
Langkah kedua adalah mengukur kemampuan diri. Setiap orang berhak dan sah-sah saja berkeinginan memiliki rumah pribadi yang besar dan mewah. Kendati demikian, keinginan memiliki rumah pribadi sudah sepantasnya disesuaikan dengan kemampuan diri dalam segala usaha dan upaya mewujudkan hal tersebut. Sebelum membeli sebuah rumah, setiap orang harus mengkalkulasi secara cermat kemampuan dan kesiapan finansialnya. Setiap orang harus menghitung berapa jumlah total tabungan yang ia miliki, pendapatan yang ia peroleh, dan jumlah total pengeluaran yang ia belanjakan secara rutin setiap bulan sebelum memutuskan untuk membeli rumah dengan cara membayar langsung lunas atau mencicil setiap bulan kepada bank melalui skema KPR.

3. Memilih Rumah Sesuai Kemampuan Finansial
Mencari dan memilih rumah pribadi yang diidam-idamkan adalah fase yang paling menyenangkan sekaligus mendebarkan dan menentukan bagi setiap orang, khususnya mereka yang berstatus sebagai first buyer atau pembeli rumah pertama. Memilih dan memilah calon rumah dapat diibaratkan seperti melakukan seleksi terhadap calon pasangan hidup. Pemilihan rumah yang tepat atau salah sejak awal dapat sangat mempengaruhi kehidupan dan menentukan masa depan seseorang.

Seandainya seseorang memiliki uang tabungan dalam jumlah yang cukup banyak atau bahkan lebih dari cukup, maka cara membeli rumah yang terbaik adalah dengan membayar langsung lunas. Selain prosedur yang jauh lebih mudah dan lebih simpel, membeli rumah dengan cara membayar langsung lunas membebaskan konsumen dari kewajiban angsuran bulanan kepada bank pemberi kredit. Membeli rumah dengan cara membayar langsung lunas juga tidak akan menyebabkan kerugian, karena hal tersebut sama saja dengan memiliki investasi dalam bentuk aset properti yang harganya terus meningkat dari waktu ke waktu setiap tahun.

Sebaliknya jika memiliki uang tabungan dalam jumlah yang cukup terbatas dengan penghasilan bulanan yang tidak terlalu besar, maka cara membeli rumah yang terbaik adalah dengan membayar angsuran per bulan kepada bank pemberi kredit melalui sistem KPR. Orang yang membeli rumah melalui skema KPR juga harus memilih sistem kredit yang paling tepat dan paling sesuai dengan kemampuan finansialnya.

Apabila memiliki gaji atau penghasilan rutin setiap bulan dengan nominal yang cukup besar, maka seseorang bisa membeli sebuah rumah yang berkualitas sangat baik dan tentunya juga biaya perawatan dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Penghasilan yang cukup besar memungkinkan seseorang untuk memiliki rumah di lokasi yang strategis, baik itu di tengah kota maupun di sekitaran kota dengan akses menuju pusat bisnis dan perkantoran yang mudah, tidak terlalu jauh, dan dapat ditempuh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Sebaliknya jika memiliki gaji atau penghasilan rutin setiap bulan dengan nominal yang tidak terlalu besar atau bahkan dapat dikatakan pas-pasan, maka hendaknya seseorang menyesuaikan target rumah impian yang akan dimiliki dengan kemampuan finansial dan kondisi ekonominya. Memaksakan diri membeli rumah yang harganya tidak sebanding dengan dana tabungan yang tersedia dan penghasilan yang didapatkan setiap bulan hanya akan menjerumuskan seseorang ke dalam lubang permasalahan yang serius. Seseorang dengan pendapatan rutin setiap bulan biasa saja masih dapat memiliki rumah impian dengan kualitas cukup baik. Hanya saja, lokasi rumah-rumah yang harganya masih sangat terjangkau atau besaran angsuran yang tidak terlalu besar pada saat ini biasanya sudah semakin jauh dari pusat perkotaan, sehingga membutuhkan pengeluaran ekstra untuk biaya transportasi sehari-hari.

Bagi yang memiliki rumah di daerah pinggiran Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta seperti kawasan Bogor dan sekitarnya (Cilebut, Bojonggede, Citayam, hingga Parung), kawasan Depok dan sekitarnya, Tangerang dan sekitarnya, hingga Bekasi dan sekitarnya, kebutuhan akan akses menuju pusat niaga dan area perkantoran di ibukota dapat diatasi dengan cara memilih lokasi hunian atau perumahan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sistem transportasi massal, terutama kereta rel listrik atau KRL Commuter Line Jabodetabek. Konsekuensinya jelas hal itu membutuhkan pengeluaran ekstra yang digunakan untuk ongkos transportasi, pengaturan pola hidup yang disiplin, hingga kesabaran yang maksimal mengingat kondisi KRL Commuter Line Jabodetabek yang penuh sesak pada setiap jam berangkat dan pulang kerja. Kendati demikian, menggunakan KRL Commuter Line dapat membebaskan setiap orang dari horornya kemacetan yang semakin parah di wilayah Jabodetabek pada jam-jam sibuk. Apabila memang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, maka menggunakan sarana tersebut sah-sah saja sepanjang pengendaranya siap dengan pengeluaran lebih untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM), pembayaran tol, hingga kesabaran dalam menghadapi ganasnya kemacetan di perkotaan.

Perlu diketahui bahwa saat ini banyak sekali pengembang yang membangun perumahan-perumahan baru di kawasan pinggiran ibukota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, baik yang bersifat kluster dengan one gate system maupun semi-kluster. Para pengembang senang membangun perumahan-perumahan baru di daerah-daerah tersebut dikarenakan harga tanahnya yang belum terlalu tinggi dan banyaknya orang yang mencari rumah dengan harga yang terjangkau, sehingga mendatangkan keuntungan bagi developer dan juga bagi konsumen. Selain itu, adanya "Program Satu Juta Rumah" yang dicanangkan dan digalakkan oleh pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 2015 sangat membantu masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, termasuk generasi milenial yang mayoritas terdiri atas para pekerja dengan penghasilan yang belum terlalu besar, dalam rangka mencari, mendapatkan, dan memiliki rumah pribadi dengan harga yang terjangkau.

Penerapan sistem uang muka atau DP sebesar 1% dan kewajiban angsuran per bulan dengan suku bunga rendah tetap (flat) sebesar 5% selama masa cicilan (15 atau 20 tahun) sangat membantu masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dalam memiliki dan menempati rumah pribadi yang diidam-idamkan. Pasalnya, sistem suku bunga rendah tetap sebesar 5% selama masa angsuran pembayaran rumah atau subsidi selisih bunga (SSB) yang diterapkan dalam "Program Satu Juta Rumah" sangat membantu masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dalam merancang dan membagi penghasilannya setiap bulan untuk keperluan pangan, sandang, dan papannya. Meskipun harus diakui bahwa pelaksanaan "Program Satu Juta Rumah" masih memiliki beberapa kekurangan yang wajib diperbaiki di berbagai sektor, akan tetapi inisiatif pemerintah Republik Indonesia tersebut harus diapresiasi setinggi-tingginya dan didukung sepenuhnya oleh segenap lapisan masyarakat.
Bapak Presiden Jokowi, Terima Kasih Atas "Program Satu Juta Rumah" untuk Rakyat Indonesia
Tidak dapat dipungkiri bahwa "Program Satu Juta Rumah" berimplikasi sangat baik bagi orang-orang yang sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak huni dengan biaya yang terjangkau. Atas pelaksanaan "Program Satu Juta Rumah" yang secara umum telah berjalan dengan baik, maka izinkanlah saya untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo, Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Bapak Basuki Hadimulyono. Insya Allah melalui "Program Satu Juta Rumah", seluruh rakyat Indonesia pada waktunya nanti akan dapat memiliki tempat tinggal yang tenang, nyaman, dan tentunya layak huni sehingga tingkat kesejahteraannya terus meningkat.

4. Jangan Menunda Pembelian Rumah
Apabila telah menemukan dan memilih lokasi hunian yang paling tepat, maka seseorang hendaknya segera menunaikan transaksi pembelian rumah pribadi yang diidam-idamkan. Kesempatan untuk memiliki rumah pribadi di lokasi yang tepat dengan harga yang terjangkau pada umumnya tidak datang hingga berkali-kali. Perlu diingat bahwa menunda pembelian rumah pribadi di saat kondisi finansial mendukung adalah keputusan yang sangat keliru! Menunda-nunda pembelian rumah pribadi di saat waktu dan situasi sedang kondusif sesungguhnya hanya menghambat diri sendiri dalam memiliki hunian dan tempat tinggal yang diimpikan. Bahkan, bisa jadi keputusan keliru tersebut dapat menyebabkan seseorang tidak lagi memiliki kesempatan menghuni rumah pribadi untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu apabila semua fase dan prosedur yang diperlukan dalam proses pencarian dan pemilihan hunian telah dilakukan, maka seseorang harus segera memutuskan dan menetapkan pembelian rumah pribadi yang telah diidam-idamkannya tersebut. Sekali lagi perlu diingat bahwa kita sangat dianjurkan untuk menyegerakan pembelian rumah apabila kondisi dan situasi yang ada telah siap dan mendukung, karena keputusan tersebut akan turut berpengaruh terhadap masa depan kita. Intinya, segeralah membeli rumah sendiri dan jangan pernah menunda-nunda apabila kondisi dan situasi telah siap dan mendukung!.

Demikianlah artikel saya kali ini mengenai urgensi memiliki dan tips memilih rumah pribadi yang tenang dan nyaman, khususnya bagi para generasi muda atau generasi milenial.

~Putra Raja Halilintar~
Indra Setyo Rahadhi, S.S., M.Si..