Perumahan Puri IndraKila, Tajur Halang, Bogor |
Bagi
sebagian orang, tinggal dalam satu rumah bersama keluarga besar mungkin
menyenangkan. Apalagi, jika keluarga besar yang tinggal dalam satu
rumah tersebut guyub, tidak egois, dan saling membantu satu sama lain.
Akan tetapi bagi sebagian orang yang lain, tinggal dalam satu rumah
bersama keluarga besar dapat mendatangkan malapetaka dengan beraneka
ragam problematika kehidupan yang sangat berpotensi menyebabkan berbagai
penyakit seperti stres dan tekanan darah tinggi akibat emosi yang
terus-menerus timbul tanpa pengendalian yang tepat.
Beberapa
kasus membuktikan bahwa tinggal dalam satu rumah bersama keluarga besar
sangat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan pribadi antar-anggota
inti (terutama jika rumah tersebut berstatus sebagai warisan orangtua
dan aset bersama), kemungkinan terjadinya perselingkuhan antara kakak
ipar dengan adik ipar, kecemburuan sosial terkait kesenjangan pendapatan
antar-anggota inti, saling lempar tanggung jawab dalam hal perawatan
dan perbaikan rumah (seperti kewajiban pembayaran tagihan listrik, air,
dan gas, pembayaran pajak bumi dan bangunan atau PBB, serta penyediaan
anggaran tak terduga untuk keperluan renovasi rumah), hingga
konflik-konflik lain yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila
masing-masing anggota inti keluarga telah memiliki rumah pribadi
sendiri.
Tidak hanya itu, tinggal di sebuah rumah keluarga yang tidak rukun dengan lokasi yang tidak kondusif juga akan sangat mempengaruhi perkembangan mental dan psikologi seseorang. Sebagai contoh, orang-orang yang tinggal di rumah - apalagi rumah keluarga yang tidak akur - yang berlokasi persis di pinggir jalan raya yang ramai di tengah kota cenderung lebih mudah terkena berbagai macam penyakit dan tekanan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Ketidakharmonisan di internal keluarga berpadu dengan kebisingan jalan raya yang ramai oleh lalu-lalang berbagai jenis kendaraan bermotor, terutama suara knalpot sepeda motor yang tidak sesuai dengan standar, akan menyebabkan hidup seseorang menjadi tidak tenang, gelisah, mudah emosi, dan pada akhirnya potensial terkena penyakit stres dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Tidak hanya itu, tinggal di sebuah rumah keluarga yang tidak rukun dengan lokasi yang tidak kondusif juga akan sangat mempengaruhi perkembangan mental dan psikologi seseorang. Sebagai contoh, orang-orang yang tinggal di rumah - apalagi rumah keluarga yang tidak akur - yang berlokasi persis di pinggir jalan raya yang ramai di tengah kota cenderung lebih mudah terkena berbagai macam penyakit dan tekanan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Ketidakharmonisan di internal keluarga berpadu dengan kebisingan jalan raya yang ramai oleh lalu-lalang berbagai jenis kendaraan bermotor, terutama suara knalpot sepeda motor yang tidak sesuai dengan standar, akan menyebabkan hidup seseorang menjadi tidak tenang, gelisah, mudah emosi, dan pada akhirnya potensial terkena penyakit stres dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Suasana Salah Satu Area Depan Sebuah Rumah Besar di Jalan Raya Pahlawan Bogor |
Memang
mesti diakui bahwa banyak juga contoh keluarga besar yang dapat tinggal
dalam satu rumah dengan akur, guyub, dan saling tolong-menolong. Akan
tetapi secara fisik, setiap manusia adalah makhluk individu yang tetap
membutuhkan ruang dan tempat pribadi yang nyaman agar dapat
mengeksplorasi bakat dan kemampuannya secara maksimal serta
mengekspresikan perasaannya secara leluasa tanpa terganggu oleh
individu-individu lain. Manusia tidak mungkin mendapatkan ruang dan
tempat yang lebih baik bagi dirinya sendiri untuk bereksplorasi atau
berekspresi secara maksimal selain di rumah pribadi.
Suasana Tenang dan Nyaman di Perumahan Puri IndraKila, Tajur Halang, Bogor, Maret 2018 |
Bagi
para pemuda yang telah memiliki pendapatan melalui niaga atau pekerjaan
kantoran, terutama generasi milenial yang lahir di atas tahun 1980 atau
tahun 1990, sangat dianjurkan segera membeli rumah pribadi, baik dengan
cara langsung membayar lunas maupun dengan cara membayar cicilan kredit
pemilikan rumah (KPR) melalui bank yang menjalin kemitraan dengan
pengembang (developer) perumahan. Sudah memiliki rumah pribadi di
usia muda tidak hanya menyenangkan, akan tetapi juga dapat melatih para
pemuda untuk belajar hidup mandiri tanpa harus bergantung penuh kepada
orangtua, terutama bagi pasangan muda yang baru menikah dan mulai
merintis bahtera rumah tangga. Adapun bagi para pemuda perjaka atau
pemudi perawan, memiliki rumah di usia muda dapat menjadi sarana untuk
berbakti kepada orangtua. Rumah pribadi yang nyaman dapat menjadi tempat
yang tenang bagi anak-anak muda untuk menjaga dan merawat orangtuanya
dengan baik.
Tips Memilih Rumah Pribadi yang Tenang dan Nyaman
1. Menabung
Lalu,
bagaimana caranya agar generasi muda dapat memiliki rumah yang tenang
dan nyaman? Langkah pertama tentu saja menabung, menabung, dan menabung.
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak muda adalah anak-anak zaman yang
pola pikir dan gaya hidupnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan mode,
teknologi, dan lingkungan sekitarnya sebagai bagian dari era
globalisasi yang kemajuannya sangat pesat. Keinginan untuk bermain
bersama teman-teman ke taman hiburan, menonton film di bioskop,
bercengkerama di kedai kopi, hingga berbelanja barang-barang yang
diinginkan adalah hal yang lumrah bagi anak-anak muda. Sesekali
melakukan hal-hal tersebut jelas tidak salah dan juga tidak berdosa.
Akan tetapi, anak-anak muda juga wajib memikirkan masa depannya.
Pola pikir sebagian anak muda yang lebih menitikberatkan pada gaya hidup konsumtif harus diubah menjadi mindset
yang lebih memprioritaskan kehidupan produktif yang dapat menjamin
kehidupan mereka pada masa yang akan datang. Selagi usia masih muda dan
memiliki aktivitas yang mendatangkan pendapatan, generasi milenial harus
membiasakan diri untuk menabung, entah di rumah atau di bank (I prefer to save my cashes on both of them).
Uang hasil tabungan tersebut pada waktu yang tepat akan sangat berguna
untuk membeli rumah pribadi yang diidam-idamkan, baik secara langsung
tunai maupun secara kredit. Apabila membeli rumah secara kredit, maka
sebagian uang tabungan dapat digunakan untuk membayar booking fee, down payment (DP) atau uang muka, biaya KPR, hingga biaya lain-lain yang ditetapkan.
2. Introspeksi Diri
Langkah
kedua adalah mengukur kemampuan diri. Setiap orang berhak dan sah-sah
saja berkeinginan memiliki rumah pribadi yang besar dan mewah. Kendati
demikian, keinginan memiliki rumah pribadi sudah sepantasnya disesuaikan
dengan kemampuan diri dalam segala usaha dan upaya mewujudkan hal
tersebut. Sebelum membeli sebuah rumah, setiap orang harus mengkalkulasi
secara cermat kemampuan dan kesiapan finansialnya. Setiap orang harus
menghitung berapa jumlah total tabungan yang ia miliki, pendapatan yang
ia peroleh, dan jumlah total pengeluaran yang ia belanjakan secara rutin
setiap bulan sebelum memutuskan untuk membeli rumah dengan cara
membayar langsung lunas atau mencicil setiap bulan kepada bank melalui
skema KPR.
3. Memilih Rumah Sesuai Kemampuan Finansial
Mencari
dan memilih rumah pribadi yang diidam-idamkan adalah fase yang paling
menyenangkan sekaligus mendebarkan dan menentukan bagi setiap orang,
khususnya mereka yang berstatus sebagai first buyer atau pembeli
rumah pertama. Memilih dan memilah calon rumah dapat diibaratkan seperti
melakukan seleksi terhadap calon pasangan hidup. Pemilihan rumah yang
tepat atau salah sejak awal dapat sangat mempengaruhi kehidupan dan
menentukan masa depan seseorang.
Seandainya
seseorang memiliki uang tabungan dalam jumlah yang cukup banyak atau
bahkan lebih dari cukup, maka cara membeli rumah yang terbaik adalah
dengan membayar langsung lunas. Selain prosedur yang jauh lebih mudah
dan lebih simpel, membeli rumah dengan cara membayar langsung lunas
membebaskan konsumen dari kewajiban angsuran bulanan kepada bank pemberi
kredit. Membeli rumah dengan cara membayar langsung lunas juga tidak
akan menyebabkan kerugian, karena hal tersebut sama saja dengan memiliki
investasi dalam bentuk aset properti yang harganya terus meningkat dari
waktu ke waktu setiap tahun.
Sebaliknya
jika memiliki uang tabungan dalam jumlah yang cukup terbatas dengan
penghasilan bulanan yang tidak terlalu besar, maka cara membeli rumah
yang terbaik adalah dengan membayar angsuran per bulan kepada bank
pemberi kredit melalui sistem KPR. Orang yang membeli rumah melalui
skema KPR juga harus memilih sistem kredit yang paling tepat dan paling
sesuai dengan kemampuan finansialnya.
Apabila
memiliki gaji atau penghasilan rutin setiap bulan dengan nominal yang
cukup besar, maka seseorang bisa membeli sebuah rumah yang berkualitas
sangat baik dan tentunya juga biaya perawatan dan pemeliharaan yang
tidak sedikit. Penghasilan yang cukup besar memungkinkan seseorang untuk
memiliki rumah di lokasi yang strategis, baik itu di tengah kota maupun
di sekitaran kota dengan akses menuju pusat bisnis dan perkantoran yang
mudah, tidak terlalu jauh, dan dapat ditempuh dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
Sebaliknya
jika memiliki gaji atau penghasilan rutin setiap bulan dengan nominal
yang tidak terlalu besar atau bahkan dapat dikatakan pas-pasan, maka
hendaknya seseorang menyesuaikan target rumah impian yang akan dimiliki
dengan kemampuan finansial dan kondisi ekonominya. Memaksakan diri
membeli rumah yang harganya tidak sebanding dengan dana tabungan yang
tersedia dan penghasilan yang didapatkan setiap bulan hanya akan
menjerumuskan seseorang ke dalam lubang permasalahan yang serius.
Seseorang dengan pendapatan rutin setiap bulan biasa saja masih dapat
memiliki rumah impian dengan kualitas cukup baik. Hanya saja, lokasi
rumah-rumah yang harganya masih sangat terjangkau atau besaran angsuran
yang tidak terlalu besar pada saat ini biasanya sudah semakin jauh dari
pusat perkotaan, sehingga membutuhkan pengeluaran ekstra untuk biaya
transportasi sehari-hari.
Bagi
yang memiliki rumah di daerah pinggiran Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta seperti kawasan Bogor dan sekitarnya (Cilebut, Bojonggede,
Citayam, hingga Parung), kawasan Depok dan sekitarnya, Tangerang dan
sekitarnya, hingga Bekasi dan sekitarnya, kebutuhan akan akses menuju
pusat niaga dan area perkantoran di ibukota dapat diatasi dengan cara
memilih lokasi hunian atau perumahan yang jaraknya tidak terlalu jauh
dari sistem transportasi massal, terutama kereta rel listrik atau KRL
Commuter Line Jabodetabek. Konsekuensinya jelas hal itu membutuhkan
pengeluaran ekstra yang digunakan untuk ongkos transportasi, pengaturan
pola hidup yang disiplin, hingga kesabaran yang maksimal mengingat
kondisi KRL Commuter Line Jabodetabek yang penuh sesak pada setiap jam
berangkat dan pulang kerja. Kendati demikian, menggunakan KRL Commuter
Line dapat membebaskan setiap orang dari horornya kemacetan yang semakin
parah di wilayah Jabodetabek pada jam-jam sibuk. Apabila memang
memiliki kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, maka
menggunakan sarana tersebut sah-sah saja sepanjang pengendaranya siap
dengan pengeluaran lebih untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM),
pembayaran tol, hingga kesabaran dalam menghadapi ganasnya kemacetan di
perkotaan.
Perlu
diketahui bahwa saat ini banyak sekali pengembang yang membangun
perumahan-perumahan baru di kawasan pinggiran ibukota Jakarta seperti
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, baik yang bersifat kluster dengan one gate system
maupun semi-kluster. Para pengembang senang membangun
perumahan-perumahan baru di daerah-daerah tersebut dikarenakan harga
tanahnya yang belum terlalu tinggi dan banyaknya orang yang mencari
rumah dengan harga yang terjangkau, sehingga mendatangkan keuntungan
bagi developer dan juga bagi konsumen. Selain itu, adanya
"Program Satu Juta Rumah" yang dicanangkan dan digalakkan oleh
pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 2015 sangat membantu
masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, termasuk generasi
milenial yang mayoritas terdiri atas para pekerja dengan penghasilan
yang belum terlalu besar, dalam rangka mencari, mendapatkan, dan
memiliki rumah pribadi dengan harga yang terjangkau.
Penerapan sistem uang muka atau DP sebesar 1% dan kewajiban angsuran per bulan dengan suku bunga rendah tetap (flat)
sebesar 5% selama masa cicilan (15 atau 20 tahun) sangat membantu
masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dalam memiliki dan
menempati rumah pribadi yang diidam-idamkan. Pasalnya, sistem suku bunga
rendah tetap sebesar 5% selama masa angsuran pembayaran rumah atau
subsidi selisih bunga (SSB) yang diterapkan dalam "Program Satu Juta
Rumah" sangat membantu masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah
dalam merancang dan membagi penghasilannya setiap bulan untuk keperluan
pangan, sandang, dan papannya. Meskipun harus diakui bahwa pelaksanaan
"Program Satu Juta Rumah" masih memiliki beberapa kekurangan yang wajib
diperbaiki di berbagai sektor, akan tetapi inisiatif pemerintah Republik
Indonesia tersebut harus diapresiasi setinggi-tingginya dan didukung
sepenuhnya oleh segenap lapisan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
"Program Satu Juta Rumah" berimplikasi sangat baik bagi orang-orang
yang sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak huni dengan biaya yang
terjangkau. Atas pelaksanaan "Program Satu Juta Rumah" yang secara umum
telah berjalan dengan baik, maka izinkanlah saya untuk mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia
Bapak Ir. H. Joko Widodo, Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Drs.
H. Muhammad Jusuf Kalla, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bapak Basuki Hadimulyono. Insya Allah melalui
"Program Satu Juta Rumah", seluruh rakyat Indonesia pada waktunya nanti
akan dapat memiliki tempat tinggal yang tenang, nyaman, dan tentunya
layak huni sehingga tingkat kesejahteraannya terus meningkat.
Bapak Presiden Jokowi, Terima Kasih Atas "Program Satu Juta Rumah" untuk Rakyat Indonesia |
4. Jangan Menunda Pembelian Rumah
Apabila
telah menemukan dan memilih lokasi hunian yang paling tepat, maka
seseorang hendaknya segera menunaikan transaksi pembelian rumah pribadi
yang diidam-idamkan. Kesempatan untuk memiliki rumah pribadi di lokasi
yang tepat dengan harga yang terjangkau pada umumnya tidak datang hingga
berkali-kali. Perlu diingat bahwa menunda pembelian rumah pribadi di
saat kondisi finansial mendukung adalah keputusan yang sangat keliru!
Menunda-nunda pembelian rumah pribadi di saat waktu dan situasi sedang
kondusif sesungguhnya hanya menghambat diri sendiri dalam memiliki
hunian dan tempat tinggal yang diimpikan. Bahkan, bisa jadi keputusan
keliru tersebut dapat menyebabkan seseorang tidak lagi memiliki
kesempatan menghuni rumah pribadi untuk selama-lamanya.
Oleh karena itu apabila semua fase dan prosedur yang diperlukan dalam proses pencarian dan pemilihan hunian telah dilakukan, maka seseorang harus segera memutuskan dan menetapkan pembelian rumah pribadi yang telah diidam-idamkannya tersebut. Sekali lagi perlu diingat bahwa kita sangat dianjurkan untuk menyegerakan pembelian rumah apabila kondisi dan situasi yang ada telah siap dan mendukung, karena keputusan tersebut akan turut berpengaruh terhadap masa depan kita. Intinya, segeralah membeli rumah sendiri dan jangan pernah menunda-nunda apabila kondisi dan situasi telah siap dan mendukung!.
Demikianlah artikel saya kali ini mengenai urgensi memiliki dan tips memilih rumah pribadi yang tenang dan nyaman, khususnya bagi para generasi muda atau generasi milenial.
~Putra Raja Halilintar~
Indra Setyo Rahadhi, S.S., M.Si..
Oleh karena itu apabila semua fase dan prosedur yang diperlukan dalam proses pencarian dan pemilihan hunian telah dilakukan, maka seseorang harus segera memutuskan dan menetapkan pembelian rumah pribadi yang telah diidam-idamkannya tersebut. Sekali lagi perlu diingat bahwa kita sangat dianjurkan untuk menyegerakan pembelian rumah apabila kondisi dan situasi yang ada telah siap dan mendukung, karena keputusan tersebut akan turut berpengaruh terhadap masa depan kita. Intinya, segeralah membeli rumah sendiri dan jangan pernah menunda-nunda apabila kondisi dan situasi telah siap dan mendukung!.
Demikianlah artikel saya kali ini mengenai urgensi memiliki dan tips memilih rumah pribadi yang tenang dan nyaman, khususnya bagi para generasi muda atau generasi milenial.
~Putra Raja Halilintar~
Indra Setyo Rahadhi, S.S., M.Si..
Bahkan saking kepengen punya rumah banget sampai ada yang beli di luar daerah, ketika sudah nabung 8 tahun setelah wisuda+Ketemu Jodoh biasanya yang terjadi setelah kreditnya Lunas selama 5 tahun dijual biasanya memilih private, tapi tidak kacang lupa Kulit.
ReplyDeleteBetul, Bung. Beberapa orang ada yang melakukan hal seperti itu. Tapi ada juga beberapa orang yang setelah rumah pertama lunas, dia membeli lagi rumah kedua dan digunakan sebagai ajang investasi (aset simpanan atau dikontrakkan). Dan yang kedua ini yang baik sebenarnya.
Deleteiya benar sekali itu rumah yang nyaman itu perlu di jaman sekarang
ReplyDeleteOKBPOKER
AGEN JUDI ONLINE
POKERQQ
CAPSAQQ
DOMINOQQ
BANDAR CEME ONLINE
POKER88
IDN POKER
ORANG KAYA BARU
DEPOSIT DENGAN PULSA
Silakan hubungi kami melalui cara di bawah ini
BBM : OKBPOKER
WhatsApp : 081362175344
LINE : OKBPOKER.COM
Dapatkan Bonus Freechip Deposit Via OVOpay Indonesia!
ReplyDeleteProses Cepat, Praktis, Tidak Ada Jam Offline
Syarat & Ketentuan Bonus Berlaku Untuk Semua User ID Di Bolavita
Ayo Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995
Halo
ReplyDeleteSaya juga mau beli rumah gan
ReplyDeleteRumah kecil tpi sederhana
ReplyDeleteStrange "water hack" burns 2lbs overnight
ReplyDeleteWell over 160,000 men and women are trying a simple and SECRET "water hack" to burn 1-2 lbs each and every night as they sleep.
It's scientific and works with anybody.
Here's how to do it yourself:
1) Go grab a drinking glass and fill it half the way
2) Proceed to use this weight losing hack
and you'll be 1-2 lbs lighter when you wake up!